Minggu, 23 Maret 2014

Peserta Didik Berkarakter Islami ( Smster 4 )

A.  Pendahuluan
Pendidikan adalah perhiasan diwaktu senang dan tempat berlindung dikala susah. Kalimat yang mendunia dan harus ditanamkan jika ingin meraih kesuksesan dalam kehidupan. Faktanya, dimanapun orang selalu menjunjung tinggi dan memberi nilai lebih untuk pendidikan. Dalam kehidupan bermasyarakat kedudukan dari pendidikan menjadi pusat perhatian. Pendidikan yang tinggi tetapi dimiliki oleh orang berkarakter tercela juga tidak disenangi. Disini terlihat jelas bahwa sesungguhnya karakterlah yang dapat menentukan seseorang sukses dalam pendidikannya.Pendidikan karakter di Indonesia saat ini banyak sekali yang membahas mengenai pendidikan karakter, salah satunya pada acara seminar, baik seminar lokal maupun Nasional.
Tidak menutup kemungkinan semua itu masih harus dipertanyakan lebih jauh, apa sesungguhnya isi dan proses yang hendak dijalankan dan dicapai oleh pendidikan karakter. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan filosofis yang membutuhnkan jawaban salah satunya bagaimana pendidikan karakter dalam Islam.
Terkait dengan pendidikan karakter dalam Islam, akhir-akhir ini orang semakin  menyadari betapa pentingnya pendidikan karakter atau dalam  Islam disebut dengan istilah pendidikan akhlak mulia. Sebagaian ataupun seluruh orang setuju dengan teori tersebut. Semuanya menganggap penting. Bahkan   yang selalu muncul adalah sama-sama saling memperkuat pernyataan itu.
Kecerdasan intelektual tanpa diikuti dengan karakter atau akhlak yang mulia maka tidak akan ada gunanya. Maka dari itu, karakter atau akhlak adalah sesuatu yang sangat mendasar dan saling melengkapi. Masyarakat yang tidak berkarakter atau berakhlak mulia  maka  disebut sebagai manusia tidak beradab dan tidak memiliki harga atau nilai sama sekali. Oleh karena itu, maka aspek tersebut dipandang sangat penting.
Karakter atau akhlak mulia itu harus dibangun. Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui pendidikan, baik pendidikan di rumah (keluarga), di sekolah,  maupun di masyarakat. Untuk membentuk karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan karakter dan pendidikan agama. Maka dari itu dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai pendidikan karakter dalam pandangan Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan peserta didik?
2.      Bagaimanakah cara menumbuhkan karakter dalam islam?




























PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PESERTA DIDIK
Secara umum peserta didik dapat diartikan orang yang sedang memperoleh pendidikan dari pendidiknya.
Menurut etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. ;
من طلب علما فادركه كتب الله كفلين…….( رواه الطبرنى )
“Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani)
Namun secara defenitif yang lebih detail para ahli telah menuliskan beberapa pengertian tentang peserta didik. Samsul Nizar berpendapat, Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memilki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.[1]
Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.[2]
Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik yaitu; peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.[3]
Dari defenisi-defenisi yang diungkapkan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.

B.     Menumbuhkan Karakter Islami
Beberapa dekade belakangan praktisi pendidikan gencar mengkampanyekan pendidikan karakter di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan dalam membangun karakter (caracter building) peserta didik menghadapi kemajuan zaman yang tidak dapat dibendung.
            Perkembangan zaman saat ini memberikan dampak positif dan negatif bagi perkembangan peserta didik. Para pendidik diharapkan mampu mengarahkan anak didiknya agar dapat mengembangkannya ke arah yang positif melalui pendidikan karakter secara Islami.
Secara sederhana pendidikan karakter dapat diartikan membentuk tabiat, perangai, watak dan kepribadian seseorang dengan cara menanamkan nilai-nilai luhur sehingga nilai-nilai tersebut mendarah daging, menyatu dalam hati, fikiran, ucapan dan perbuatan, serta menampakkan pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah, atas kemauan sendiri, orisinal dan ikhlas semata karna Allah SWT. Penanaman dan pembentukan kepribadian tersebut dilakukan bukan hanya dengan cara memberikan pengertian dan merubah pola pikir dan pola pandang seseorang tentang sesuatu yang baik dan benar, melainkan nilai-nilai kebaikan tersebut dibiasakan, dilatihkan, dicontohkan, dilakukan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian pendidikan karakter bukan sekedar berdimensi integratif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual peserta didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi sarana penyembuh penyakit sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan bagi masyarakat kita. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan. Penerapan pendidikan karakter yang bernuansa Islami dapat dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar.
Pertama, keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali dirasakan oleh anak didik dan menghabiskan waktunya. Oleh karna itu seluruh  anggota keluarga diharapkan berpartisipasi dalam membangun karakter anak didik, terlebih lagi bagi kedua orang tua yang memiliki kewajiban penuh bagi anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan suci/fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”
Dari hadis di atas menyatakan bahwa pendidikan orang tua sangat mempengaruhi anak menjadi putih atau hitam. Orang tua hendaknya memberi keteladanan dalam keluarganya seperti mengajak anggota keluarga sholat berjamaah, tadarrus Al-Qur’an bersama, makan bersama, olahraga, rekreasi dan sebagainya serta memanfaatkan waktu semaksimal mungkin ketika berkumpul bersama keluarga. Tidak sebaliknya, orang tua dan keluarga lainnya jangan memberikan pendidikan/contoh negatif, seperti berkata kotor, memberi makan sambil berjalan, membiarkan anak-anak keluyuran, bermain dan menonton hal-hal yang tidak bermanfaat serta berlaku kasar dan tidak perhatian. Setiap apa yang dialaminya akan mempengaruhi perkembangannya.
Kedua, lingkungan sekolah merupakan pendidikan formal yang ditempuh anak didik yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangannya, karna sekolah memiliki pendidik yang legal dan memenuhi persyaratan sebagai guru untuk mendidik di sebuah sekolah. Di sekolah diharapkan guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan prinsip PAKEM (Pendidikan Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan), dan sekarang telah disempurnakan dengan BM3B (Berfikir, Merasa, Bersikap, Bertindak dan Bertanggungjawab) agar bakat yang dimiliki peserta didik dapat dikembangkan sesuai bakat dan minatnya. Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut. 
Orang tua juga dituntut untuk mengarahkannya supaya dapat bersekolah pada lembaga pendidikan yang bagus dan unggul serta bernuansa Islami. Orang tua jangan ragu menyekolahkan anaknya di Madrasah, Pondok Pesantren dan MDA/TPA serta tidak ragu mengeluarkan biaya besar demi pendidikan anaknya.
Ketiga, lingkungan masyarakat juga mempengaruhi peserta didik karna disini merupakan tempat bersosialisasi baginya. Lingkungan buruk yang selalu dilihatnya membuat kecendrungan untuk meniru tidak. Pejabat setempat memiliki wewenang untuk memberantas segala penyakit masyarakat seperti perjudian, mabuk-mabukan, pergaulan bebas dan sebagainya. Adat dan budaya pun dapat membangun karakter melalui norma-norma yang dianutnya. Begitu pula orang tua harus mengawasi dengan siapa anaknya bergaul di luar rumah.
Demikianlah tiga lingkungan pendidikan bagi anak didik. Jika ketiganya dapat memberikan hal-hal positif insya Allah pendidikan berhasil menjadikan peserta didik sebagai insan kamil serta dapat melanjutkan dan menggapai cita-cita bangsa, karna pendidikan karakter hakikatnya adalah sebuah perjuangan untuk memelihara kelangsungan hidup umat manusia agar tidak jatuh pada kehancuran. Begitu pula dalam pendidikan karakter bernuansa Islami yang mengutamakan keseimbangan, kesesuaian dengan fitrah manusia, kesesuaian dengan perkembangan zaman, tempat, waktu dan keadaan, tidak menyulitkan, sederhana, mudah dikerjakan, menekankan perpaduan antara kognisi, afeksi dan psikomotorik, terbuka dan dinamis.

C. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi kita kita harus menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana seperti dalam hadis riwayat Muttafaq ‘alaih, berikut:
وعن انس رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya:
“Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang paling baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih). (Mustofa Said al-Khim, dkk.2012: 695)
Dari hadis tersebut bahwa, sangat jelas akhlak Rasulullah adalah bukti bahwa akhlak beliau sangat sempurna. Al-Quran adalah petunjuk bagi umat Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila kita hendak mengarahkan pendidikan kita dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, kita harus mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna.
Dalam pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah SWT.
Dari uraian di atas maka tujuan pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Peserta didik yang berkarakter islam  mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik sesuai dengan ajaran agama islam, bukan yang negatif atau buruk. Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
Yang menjadi dasar pendidikan karakter dalam Islam adalah al-Quran dan Hadis serta akhlak Rasulullah SAW.

Peserta didik yang berkarakter islami sangatlah  penting pada saat ini karena karakter akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, karakter akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan dan perbuatan sesorang, orang yang memiliki karakter baik, maka perkataan dan perbuatannya juga pasti akan baik, sehingga semua itu akan menjadi identitas yang menyatu dan mempersonaliasasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan dengan identitas lainnya.
Tujuan pendidikan kararkter adalah untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera meninggalkan kebaikan dan meninggalkan keburukan.




[1] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press. 2002. H. 47

[2]  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. 2008. H. 77

[3] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1991. H. 251

Tidak ada komentar:

Posting Komentar