A. Pendahuluan
Pendidikan adalah
perhiasan diwaktu senang dan tempat berlindung dikala susah. Kalimat yang
mendunia dan harus ditanamkan jika ingin meraih kesuksesan dalam kehidupan.
Faktanya, dimanapun orang selalu menjunjung tinggi dan memberi nilai lebih
untuk pendidikan. Dalam kehidupan bermasyarakat kedudukan dari pendidikan
menjadi pusat perhatian. Pendidikan yang tinggi tetapi dimiliki oleh orang
berkarakter tercela juga tidak disenangi. Disini terlihat jelas bahwa
sesungguhnya karakterlah yang dapat menentukan seseorang sukses dalam
pendidikannya.Pendidikan
karakter di Indonesia saat ini banyak sekali yang membahas mengenai pendidikan
karakter, salah satunya pada acara seminar, baik seminar lokal maupun Nasional.
Tidak menutup kemungkinan semua itu masih harus
dipertanyakan lebih jauh, apa sesungguhnya isi dan proses yang hendak
dijalankan dan dicapai oleh pendidikan karakter. Banyak sekali
pertanyaan-pertanyaan filosofis yang membutuhnkan jawaban salah satunya
bagaimana pendidikan karakter dalam Islam.
Terkait dengan pendidikan karakter dalam Islam, akhir-akhir ini orang semakin menyadari betapa
pentingnya pendidikan karakter atau dalam Islam disebut dengan istilah
pendidikan akhlak mulia. Sebagaian ataupun seluruh orang setuju dengan teori
tersebut. Semuanya menganggap penting. Bahkan yang selalu muncul
adalah sama-sama saling memperkuat pernyataan itu.
Kecerdasan intelektual tanpa diikuti dengan
karakter atau akhlak yang mulia maka tidak akan ada gunanya. Maka dari itu,
karakter atau akhlak adalah sesuatu yang sangat mendasar dan saling melengkapi.
Masyarakat yang tidak berkarakter atau berakhlak mulia maka disebut
sebagai manusia tidak beradab dan tidak memiliki harga atau nilai sama sekali.
Oleh karena itu, maka aspek tersebut dipandang sangat penting.
Karakter atau akhlak mulia itu harus dibangun.
Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui pendidikan, baik pendidikan di
rumah (keluarga), di sekolah, maupun di masyarakat. Untuk membentuk
karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan karakter dan pendidikan agama.
Maka dari itu dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai pendidikan karakter
dalam pandangan Islam.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan
peserta didik?
2. Bagaimanakah cara
menumbuhkan karakter dalam islam?
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PESERTA DIDIK
Secara umum peserta didik dapat diartikan orang yang sedang
memperoleh pendidikan dari pendidiknya.
Menurut etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut
dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah
“murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam
bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab,
yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari
ilmu”. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. ;
من طلب علما فادركه كتب الله
كفلين…….( رواه الطبرنى )
“Siapa yang menuntut ilmu dan
mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani)
Namun secara defenitif yang lebih detail para ahli telah
menuliskan beberapa pengertian tentang peserta didik. Samsul Nizar berpendapat,
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memilki sejumlah potensi
(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.[1]
Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang system pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.[2]
Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik
yaitu; peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,
bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara,
sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.[3]
Dari defenisi-defenisi yang diungkapkan oleh para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah
(potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan,
untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari
pendidik.
B.
Menumbuhkan Karakter Islami
Beberapa dekade belakangan praktisi pendidikan gencar
mengkampanyekan pendidikan karakter di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan dalam
membangun karakter (caracter building) peserta didik menghadapi kemajuan zaman
yang tidak dapat dibendung.
Perkembangan
zaman saat ini memberikan dampak positif dan negatif bagi perkembangan peserta
didik. Para pendidik diharapkan mampu mengarahkan anak didiknya agar dapat
mengembangkannya ke arah yang positif melalui pendidikan karakter secara
Islami.
Secara sederhana pendidikan karakter dapat diartikan
membentuk tabiat, perangai, watak dan kepribadian seseorang dengan cara
menanamkan nilai-nilai luhur sehingga nilai-nilai tersebut mendarah daging,
menyatu dalam hati, fikiran, ucapan dan perbuatan, serta menampakkan
pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah, atas kemauan sendiri,
orisinal dan ikhlas semata karna Allah SWT. Penanaman dan pembentukan
kepribadian tersebut dilakukan bukan hanya dengan cara memberikan pengertian
dan merubah pola pikir dan pola pandang seseorang tentang sesuatu yang baik dan
benar, melainkan nilai-nilai kebaikan tersebut dibiasakan, dilatihkan,
dicontohkan, dilakukan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan karakter bukan sekedar berdimensi integratif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual peserta didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi sarana penyembuh penyakit sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan bagi masyarakat kita. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan. Penerapan pendidikan karakter yang bernuansa Islami dapat dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar.
Pertama, keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali
dirasakan oleh anak didik dan menghabiskan waktunya. Oleh karna itu
seluruh anggota keluarga diharapkan
berpartisipasi dalam membangun karakter anak didik, terlebih lagi bagi kedua
orang tua yang memiliki kewajiban penuh bagi anak-anaknya. Rasulullah SAW
bersabda:
“Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan suci/fitrah. Maka
kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”
Dari hadis di atas menyatakan bahwa pendidikan orang tua
sangat mempengaruhi anak menjadi putih atau hitam. Orang tua hendaknya memberi
keteladanan dalam keluarganya seperti mengajak anggota keluarga sholat
berjamaah, tadarrus Al-Qur’an bersama, makan bersama, olahraga, rekreasi dan
sebagainya serta memanfaatkan waktu semaksimal mungkin ketika berkumpul bersama
keluarga. Tidak sebaliknya, orang tua dan keluarga lainnya jangan memberikan
pendidikan/contoh negatif, seperti berkata kotor, memberi makan sambil berjalan,
membiarkan anak-anak keluyuran, bermain dan menonton hal-hal yang tidak
bermanfaat serta berlaku kasar dan tidak perhatian. Setiap apa yang dialaminya
akan mempengaruhi perkembangannya.
Kedua, lingkungan sekolah merupakan pendidikan formal yang ditempuh
anak didik yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangannya, karna
sekolah memiliki pendidik yang legal dan memenuhi persyaratan sebagai guru
untuk mendidik di sebuah sekolah. Di sekolah diharapkan guru mampu melaksanakan
pembelajaran dengan prinsip PAKEM (Pendidikan Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan), dan sekarang telah disempurnakan dengan BM3B (Berfikir, Merasa,
Bersikap, Bertindak dan Bertanggungjawab) agar bakat yang dimiliki peserta
didik dapat dikembangkan sesuai bakat dan minatnya. Pada tataran sekolah,
kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah,
yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus
berlandaskan nilai-nilai tersebut.
Orang tua juga dituntut untuk mengarahkannya supaya dapat
bersekolah pada lembaga pendidikan yang bagus dan unggul serta bernuansa
Islami. Orang tua jangan ragu menyekolahkan anaknya di Madrasah, Pondok
Pesantren dan MDA/TPA serta tidak ragu mengeluarkan biaya besar demi pendidikan
anaknya.
Ketiga, lingkungan masyarakat juga mempengaruhi peserta
didik karna disini merupakan tempat bersosialisasi baginya. Lingkungan buruk
yang selalu dilihatnya membuat kecendrungan untuk meniru tidak. Pejabat
setempat memiliki wewenang untuk memberantas segala penyakit masyarakat seperti
perjudian, mabuk-mabukan, pergaulan bebas dan sebagainya. Adat dan budaya pun
dapat membangun karakter melalui norma-norma yang dianutnya. Begitu pula orang
tua harus mengawasi dengan siapa anaknya bergaul di luar rumah.
Demikianlah tiga lingkungan
pendidikan bagi anak didik. Jika ketiganya dapat memberikan hal-hal positif
insya Allah pendidikan berhasil menjadikan peserta didik sebagai insan kamil
serta dapat melanjutkan dan menggapai cita-cita bangsa, karna pendidikan
karakter hakikatnya adalah sebuah perjuangan untuk memelihara kelangsungan
hidup umat manusia agar tidak jatuh pada kehancuran. Begitu pula dalam
pendidikan karakter bernuansa Islami yang mengutamakan keseimbangan, kesesuaian
dengan fitrah manusia, kesesuaian dengan perkembangan zaman, tempat, waktu dan
keadaan, tidak menyulitkan, sederhana, mudah dikerjakan, menekankan perpaduan
antara kognisi, afeksi dan psikomotorik, terbuka dan dinamis.
C. Tujuan
Pendidikan Karakter
Tujuan
dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak
mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW
dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi kita kita
harus menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad
SAW.
Sebagaimana seperti dalam hadis riwayat Muttafaq ‘alaih,
berikut:
وعن انس رضي الله عنه قال : كان رسول
الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya:
“Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang
paling baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih). (Mustofa Said
al-Khim, dkk.2012: 695)
Dari hadis tersebut bahwa, sangat jelas akhlak Rasulullah
adalah bukti bahwa akhlak beliau sangat sempurna. Al-Quran adalah petunjuk bagi umat
Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila kita hendak mengarahkan
pendidikan kita dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, kita harus
mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna.
Dalam pendidikan karakter yang
berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk berbuat baik dan saling
membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan
kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah SWT.
Dari uraian di atas maka tujuan pendidikan karakter menurut
Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia
adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera melakukan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi)
dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk
mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.
Karakter adalah sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok
orang. Peserta didik yang berkarakter islam
mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau
berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik sesuai dengan ajaran
agama islam, bukan yang negatif atau buruk. Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha
sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian
peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya
yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan
dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
Yang menjadi dasar pendidikan karakter dalam Islam adalah
al-Quran dan Hadis serta akhlak Rasulullah SAW.
Peserta didik yang berkarakter islami sangatlah penting pada saat ini karena karakter akan
menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, karakter akan menentukan bagaimana seseorang membuat
keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan dan perbuatan sesorang, orang
yang memiliki karakter baik, maka perkataan dan perbuatannya juga pasti akan
baik, sehingga semua itu akan menjadi identitas yang menyatu dan
mempersonaliasasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan dengan identitas
lainnya.
Tujuan pendidikan kararkter adalah untuk membentuk pribadi
yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan.
Orang yang berakhlak mulia akan segera meninggalkan kebaikan dan meninggalkan
keburukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar