PENDAHULUAN
Pendidikan
agama merupakan bagian penting dalam pendidikan untuk membentuk insan kamil.
Agama islam sebagai bagian dari sejumlah agama didunia, merupakan agama yang
mempunyai pandangan hidup bahwa dunia adalah sesuatu yang fana dan permaianan belaka.
Manusia beragama akan lebih mementingkan kehidupan akhirat sehingga ia akan
menjadikan dunia ini sebagai lapangan kebajikan untuk memperoleh kehidupan yang
sempurna di akhirat kelak.
Salah
satu jalan untuk mencapai kehidupan kamil ini adalah dengan adanya pendidikan
agama, lebih khusus yakni pendidikan agama islam sebagai agama yang dipeluk
oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Pendidikan agama islam merupakan salah
satu bagian dalam mencapai tujuan pendidikan untuk menjadikan manusia yang
kamil. Pendidikan sebagai transfer of knowledge merupakan mata tombak utama
dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai sumber utama ajaran agama islam. Dimana dengan adanya pendidikan ini
maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan
benar-benar terinternalisasi dalam diri generasi mendatang.
Salah
satu alat pendidkan agama islam yakni metode pendidikan agama islam. Yang mana
dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap
oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan
efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik agama
islam maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama islam.
Dengan mengetahui metode-metode tersebut maka kita diharapkan mampu
menyampaikan materi-materi ajaran agama islam dengan berbagai variasi sehingga
tujuan pendidikan agama islam dapat tercapai dengan lebih mudah.
B. Perumusan
Masalah
- Bagaimana
Pengertian Metode Pendidikan Islam?
- Macam-
macam Metode Dalam Pendidikan Islam ?
- Dasar
– dasar Pendidikan Islam ?
A. Pengertian
Metode Pendidikan Islam
Sebelum lebih jauh kita membahas
mengenai pengertian metode pendidikan Islam, maka kita harus mengetahui
pengertian dari setiap kata tersebut. Maka dengan ini penulis menguraikan
menjadi dua kata, yaitu kata metode dan kata pendidikan Islam.
Metode berasal dari dua perkataan
yaitu meta yang artinya adalah melalui dan hodos yang
berarti jalan atau cara. Dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu jalan atau
cara yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[1] Adapun
istilah metodologi berasal dari kata metoda dan logi.
Logi berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti akal atau ilmu. Jadi
metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.[2]
Dalam bahasa Arab kata metode
diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata atthariqah,
manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, manhaj
berarti sistem, dan washilah berarti perantara atau mediator.[3]
Dengan demikian kata yang paling dekat dengan metode adalah kata thariqah. Karena
sebagaimana dijelaskan pada awal pargraf secara bahasa metode adalah suatu
jalan untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan pendekatan kebahasaan
tersebut nampak bahwa metode lebih menunjukkan kepada jalan, dalam arti jalan
yang bersifat non fisik. Yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu pada
cara menghantarkan seseorang untuk mencapai pada tujuan yang ditentukan.
Secara terminologi atau istilah
metode bisa membawa pada pengertian yang bermacam-macam, yaitu ada kognitifnya
seperti tentang fakta-fakta sejarah, syarat-syarat sah shalat, ada juga aspek
afektifnya seperti penghayatan pada nilai-nilai dan akhlak, dan ada juga aspek
psikomotorik seperti praktek shalat, haji dan sebagainya.[4]
Sedangkan pendidikan Islam dalam
arti sempit, adalah bimbingan yang dilakukan seseorang yang disebut pendidik.,
terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik. Terlepas dari apa dan
siapa yang membimbing, yang pasti pendidikan diarahkan untuk mengembangkan
manusia dari berbagai aspek dan dimesnsinya, agar ia berkembang secara
maksimal. pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembanngkan seluruh
aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Pendidikan bukan hanya
bersifat formal saja, tetapi mencakup juga yang non formal. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu aktivitas dan usaha
manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, dan budi nurani).
Dengan demikian metode tersebut
memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Metode adalah cara yang paling
cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang diinginkan. Jika metode dapat
dikuasi maka akan memudahkan jalan dalam mencapai tujuan dalam pendidikan
Islam.
B. Macam-macam Metode dalam
Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi
Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam
pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara
metode- metode tersebut adalah [5]:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara
penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada
peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an :
فَلَمَّآ أَنجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي اْلأَرْضِ
بِغَيْرِ الْحَقِّ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنفُسِكُم
مَّتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang
benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu
sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian
kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara
mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid
tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka
baca.
Prinsip dasar metode ini terdapat
dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam,
dan ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits
berikut ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح
وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ
الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ
أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ
دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah
hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi
Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda;
Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di
antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian?
Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa
kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463)
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
penyajian / penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik / membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas sesuatu masalah.
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu
cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh gur dan murid harus mempertanggung
jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an yang
berbunyi :
يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنذِرْ
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ
فَاهْجُرْ وَلاَتَمْنُن تَسْتَكْثِرُ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Artinya :
- Hai
orang yang berkemul (berselimut),
- Bangunlah,
lalu berilah peringatan!
- Dan
Tuhanmu agungkanlah!
- Dan
pakaianmu bersihkanlah,
- Dan
perbuatan dosa tinggalkanlah,
- Dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak.
- Dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
e. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara
mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
f. Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh
murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu
diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh
murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا
الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ
أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي
أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا
أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ
بِهِمَا وَجْهَهُ ….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân
ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn
Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar
ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda
dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya
berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada
Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”.
Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian
mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
g. Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru
menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ
أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ
لاَّ يُبْصِرُونَ
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ
الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya,
hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn
Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka
adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia
bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
h. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru
memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan
dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan
menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي
سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ
أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ
مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ
نَفْسِهِ.
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan
padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari
Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat
syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka,
wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun
yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang
paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan
”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari,
t.t, I: 49)
i. Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru
memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan
harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ
بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ
فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ
ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw
bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang
tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi
yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw.
mengulang tiga kali perkataan ”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran
harus dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat
dipahami dan tidak tergolong pada orang yang merugi.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
C. Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut
permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri.
Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan
dasar-dasar umummetode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan
merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan
yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode
pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar
agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
- Dasar
Agamis,
maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah
berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan
Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh
pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif
dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
- Dasar
Biologis, Perkembangan
biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya.
Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya
makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan
metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan
biologis peserta didik.
- Dasar
Psikologis. Perkembangan
dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang
dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan
internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh
Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif
bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya.
Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis
yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk
dalam tataran rohani.
- Dasar
sosiologis. Saat
pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta
didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar
hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan
landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan
tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini
terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan
Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan
tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi
sosiologis peserta didik.
PENUTUP
Metodologi pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai
mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi
pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan
kurikulum. Metodologi pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan,
ketertarikan, sifat dan kesungguhan para pesrta didik dan juga harus memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kekuatan intelektualannya.
Dalam al qur’an terdapat beberapa metode yang dapat di
gunakan dalam ruang lingkup pendidikan islam diantaranya : metode teladan,metode
nasihat, metode pembiasaan, metode ceramah, metode
tanya jawab, metode diskusi
3. adapun metode
pendidikan islam yang terdapan dalam al hadits diantaranya : Metode
Keteladanan, Metode perumpamaan, Metode kiasan, Metode memberi kemudahan,
Metode perbandingan, Metode tanya jawab, Metode Pengulangan, Metode pemecahan
masalah, Metode pujian/memberi kegembiraan. Yang secara keseluruhan telah dijabarkan
oleh penulis pada bab sebelumnya.
B. Saran-Saran
Merupakan salah satu keharusan bagi seorang pendidikan yaitu
memiliki metode di dalam mengajarkan ilmunya terutama di dalam pendidikan
islam hal ini di karenakan metode merupakan salah satu hal yang sangat
memiliki peran penting dalam rangka mensukseskan proses belajar mengajar dalam
pendidikan islam.
Oleh karena itu Melalui risalah yang sederhana ini, penulis
merasa perlu memberikan saran-saran walaupun sedikit, tetapi semoga bermanfaat bagi
diri penulis pada khususnya maupun bagi orang lain.
C.
Penutup
Dengan selesainya risalah ini, penulis tak lupa memanjatkan
puji dan syukur kepada Allah SWT karena hanya dengan pertolongan darinyalah
penulis dapat menyelesaikan penulisan risalah ini. Dan mudah-mudahan risalah
yang telah penulis selesaikan ini diberikan kemanfaatan sehingga mendapat nilai
pahala.
Akan tetapi dengan selesainya risalah ini pula tentunya
banyak sekali kekurangan yang dapat terlihan dan nampak pada risalah ini karena
semua hal yang telah sempurna pasti akan nampaklah kekurangannya Oleh karena
itu penulis sangat berharap khususnya kepada pembimbing dan kepada semua pmbaca
untuk memberiakan kritik dan saran, sehingga risalah ini mendapatkan penambahan
yang nantinya dapat menuai hasil yang sempurna, karena penulis menyadari bahwa
penulisan risalah ini masih banyak sekali kekurangan di dalamnya.
Penulis berharap dengan perantaraan risalah ini akan
memberikan manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya, dengan mengaflikasikan isi dari risalah ini dalam mengemangkan mutu
pendidikan islam di Indonesia.
[3] H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2005), Edisi Baru, hal. 144
Tidak ada komentar:
Posting Komentar